Senin, 18 Februari 2013

Hidup Mati di Negeri Cincin Api


Sabtu kemaren (16/02) sehabis ngajar aku nyempetin mampir bentar ke Gramedia Padang. Jaraknya yang tidak begitu jauh dari tempat mengajar yang masih berada di jalan Damar membuat bangunan berlantai empat berseberangan dengan Plaza Damar ini semakin jarang aku kunjungi. Dibandingkan dengan tahun-tahun atau semester-semester sebelumnya, hampir setiap bulan  aku pasti berkunjung kesana.

Berada di dalam ruangan yang dipenuhi buku membuat selera belajarku semakin menjadi-jadi. Tak jarang  aku hanya sekedar pergi membaca atau liat-liat buku baru aja kesana, maklum masih mahasiswa belum punya penghasilan. Paling aku beli buku begitu kiriman dari ortu udah nyampe atau lagi kepengennya beli buku dan kebetulan juga tabunganku mencukupi untuk noch buku yang mau aku beli. Atau sering juga aku hanya sekedar lihat-lihat buku dan nanti membeli bajakannya diloakan yang kualitasnya hampir sama. Terkadang sebagai mahasiswa yang hobi membaca seperti beberapa temen-temenku juga, hobi seperti ini lumayan bisa untuk memuaskan hasrat membaca, namun tidak dalam hal pengkoleksian buku, rasanya ga enak bangeeet punya koleksi buku bajakan. Kita juga harus hargai hasil jerih payah penulisnya juga doonkk.

Kebetulan hari ini aku cepet selesai ngajar, hanya dua shift saja sampai jam lima sore. Aneh juga rasanya kalau langsung pulang terlalu cepat, biasanya aku pulang pasti sudah malam kalau kebagian 4 shift sampai  jam 8, boleh di pastikan nyampe rumah udah jam 9 atau jam setengah 9 paling cepet.

Tanpa ngulur waktu aku langsung menyebrangi jalan Damar dari tempatku mengajar, dan menuju area buku-buku diskon di lantai dasar tepat didepan area parkir sebelum pintu masuk. Seperti biasa meski area ini sering dikerumunin para pembeli dan pembaca namun minatku untuk menjelajahi istana buku ini masih belum terobati.

Beberapa menit berlalu aku langsung menuju lantai satu. Di lantai ini sudah berderet kumpulan buku-buku agama, buku peajaran , dan buku-buku baru. Mataku langsung pada deretan buku-buku  baru.  Begitu melihat sebuah buku dengan tampilan layaknya sebuah album foto atau buku tahunan sekolah dengan hard cover berwarna hitam. Tangan ini terasa tidak dapat melepaskannya. Aku langsung jatuh hati baru beberapa lembar membuka halaman buku ini, gaya bahasanya yang begitu lugas ala jurnalistik dan beberapa foto-foto yang diambil dari view dan angle yang sangat menantang menjadikan buku ini sangat layak untuk dibaca dan dimiliki. Sangat informatif dan membuat para pembacanya serasa menjelajah nusantara Indonesia ini. Ggggrrrrrhhhhh peengeeen sekali aku memiliki buku ini. Dengan bahasa yang sangat lugas namun tidak terkesan berat di jamin akan sangat informatif dan menjadikan para pemuda dan para penghuni Zamrud Katulistiwa ini mencintai negeri gemah ripah ini.

Inilah dia ekspedisi Kompas “Hidup Mati di Negeri Cincin Api” ditulis oleh Ahmad Arif.


Membaca buku ini ibarat kita belajar sejarah, seluk beluk nusantara ini, bisa lebih memahami di kawasan manakah kita tinggal dari belahan bumi ini (ring of fire), serta diperkaya dengan fenomena-fenomena alam yang pernah terjadi di Indonesia kita ini. Mulai dari tsunami: Sumatera, Jawa dan dahulu kala (tahun 1907) dilengkapi dengan saksi mata kejadian saat itu, letusan gunung berapi, gunung Tambora, tambang industri seperti freeport dan sejarahnya, serta sejarah suku-suku bangsa lainnya di NKRI ini. Di apik dengan sangat modern, dan memiliki nilai jual tersendiri. Ditambah lagi dengan hobiku menyukai hal-hal baru yang bersifat tantangan, travelling, fotografi, dan jurnalistik. Membuat buku ini kudu dimiliki bagi orang yang mempunyai hobi yang sama seperti aku. hehehe

Namun amat disayangkan harganya yang lumayan merogoh kocek untuk situasi kantongku bulan ini, niat untuk membeli langsung kuurungkan. Namun ga apa-apa suatu saat pasti akan ku miliki buku tersebut.

Sama halnya dengan buku trilogi biofgrafi tokoh yang satu ini, sudah sekitar dua tahun aku berkeinginan untuk membelinya namun belum kesampaian juga. Yaaach apalagi kalau bukan buku biografi dari tokoh proklamator negeri ini yang berasal dari ranah minang. Aku sempet baca beberapa lembar dari buku tersebut sewaktu salah seorang temenku membawa ke kampus.

Wish someday that'll be mine..:)

2 komentar:

  1. gramedia lagi diskon kan? kemaren saya waktu ke sana beli Supernova :)

    BalasHapus
  2. iya bang lagi diskon..kayaknya setiap lewat sana selalu diskon dech bang sejak desember kmrn..gramedianya lg baek hati..supernovanya dewi dee ya bang??? sounds good..hmm kyknya boleh nech bang..:)

    BalasHapus