Sabtu, 20 Agustus 2011

KENAPA HARUS BERGANTI ALMAMATER

PART 2

Akhirnya penderitaan itupun berakhir sudah, tepat tanggal 17 juni segala penindasan terhadap mahasiswa yang merongrong selama dua minggu secara resmi dinyatakan berakhir, segala bentuk ujian semester dan tumpukan tugas pun telah dinyatakan enyah dari genggaman mahasiswa yang selama dua minggu itupula telah berhasil membuat otak para pencari ilmu yang rata-rata baru menginjak kepala dua yang hanya berukuran sebesar kepalan itu mengaduh karena tidak sanggup menahan tumpukan tugas yang bertubi-tubi dari dosen masing-masing mata kuliah dalam semester itu. Bahkan saking extremnya dengan kondisi selama dua minggu ini sampai-sampai semua status jejaring social teman-teman seangkatan pun berisikan keluhan demi keluhan akan penindasan yang mesti secara terang-terangan harus dihadapi serta di cari titik penyelesaiannya satu persatu.

Tidak hanya itu, perubahan suasana extreme inipun telah merubah suasana kampus ungu yang dihari biasanya dipenuhi dengan alunan music yang bertalu-talu dari tetangga sebelah, jurusan sendratasik, tiba-tiba sekarang berubah begitu hening. Tiada lagi nyanyian dan dendangan serta tarian yang beraneka ragam yang sangat indah sekali dipandang oleh mata dan begitu melenakan dan menjadi refleksi dari saraf-saraf otak yang menegang saat telah sampai pada klimaksnya. Tiada lagi senda gurau dan jockingan khas mahasiswa yang saling menertawakan segala sesuatu yang mereka temui dan lihat disela-sela perkuliahan di pelataran panjang yang difasilitasi oleh tempat duduk panjang yang terbuat dari susunan tiga buah besi yang berbentuk pipa polongan dan beratapkan genteng yang terbentang disepanjang dua jurusan di pojok FBS sana.
Sangat senang sekali rasanya ketika semuanya telah berakhir dengan begitu khidmat dan diiringi dengan perasaan harap-harap cemas. Harap-harap cemas menanti hasil studi selama 6 bulan kebelakang dan perjuangan yang sering sekali dilakukan hanya dalam dua minggu menjelang pertempuran itu. Kemudian akan bercampur baur dengan perasaan boring tapi sebenarnya sangat dinanti oleh para mahasiswa yang ingin menyelesaikan studi mereka secepat mungkin entah siapa yang mengejar mereka, atau sekedar pendalaman materi sehingga mereka mau mengambil mata kuliah yang sebenarnya telah di ambil disemester yang telah dipaketkan untuk yang kedua kalinya, sebagai bukti kecintaan mereka pada mata kuliah tersebut sekaligus karena kurang puasnya dengan nilai yang diperoleh sebelumnya pada mata kuliah yang bersangkutan (salut).



Siklus seperti ini sudah lazim dan biasa hadir di jurusan yang kami cintai ini, ya dialah yang disebut dengan semester pendek (SP). Semester pendek yang membosankan karena harus tetap pergi kekampus untuk kuliah seperti biasa dan harus memaksa diri untuk menunda pulang kampung atau terpaksa menerima keadaan untuk hanya memiliki waktu libur yang sedikit dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai, ditengah masa liburan panjang yang biasanya berlangsung selama lebih kurang delapan minggu.

Meskipun begitu, aku merasa cukup beruntung karena meskipun harus mengambil semester pendek untuk satu mata kuliah atau setara dengan dua SKS perkuliahan, aku bisa menyempatkan diri untuk pulang kampung kekampung halaman tercinta, Pandai Sikek, Padang Panjang sana untuk beberapa hari sebelum SP ku dimulai. Sebenarnya kurang tepat kalau aku mengatakan kampung halamanku adalah Pandai Sikek, Padang Panjang, karena yang benarnya Pandai Sikek itu adalah sebuah nagari yang berada di kecamatan X (sepuluh) koto, kabupaten Tanah Datar. namun jika aku katakan demikian orang tidak akan tau dimana spesifiknya.




Para tourist yang sering berkunjung ke sana pun apakah itu hanya untuk sekedar menikmati wisata alam a mtaupun embeli songket khas Pandai Sikek hanya kenal dengan sebutan Pandai Sikek, Padang Panjang, itu dikarenakan karena letaknya yang berada dipinggiran kota hujan tersebut, tapi tidak juga sebenarnya, nagari penghasil kerajinan tangan, songket dan ukiran ini secara geografis lebih dekat dengan kabupaten agam, hanya dengan melangkahkan kaki beberapa langkah saja ke arah utara maka kita sudah berada dikabupaten agam tepatnya agam timur, dan hanya berjarak 10 kilometer dari kota Bukittinggi.

Sungguh luar biasa, kenapa tidak, bukan itu saja Pandai Sikek juga berada di kaki gunung Singgalang dan tepat berhadap-hadapan dengan gunung Merapi yang hampir setiap tahunnya tidak pernah absen memuntahkan lava pijar nya, yang mana muntahan vulkaniknya sangat bagus sekali untuk kesuburan tanah perkebunan dan ladang tanaman sayur atau holticultura yang berada di kedua kaki gunung kembar tersebut. Sehingga tidak heran jika ia juga dikenal sebagai penghasil sayuran organic, serta memiliki hawa yang sejuk, udara yang segar, dan air yang jernih dan melimpah ruah, serta tentunya masyarakatnya yang hidup rukun dan makmur dan masih kental sekali dengan nilai-nilai agama dan adat Minangkabaunya.










Dengan keadaan alam seperti ini sungguh sangat keji sekali seandainya ada yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang begitu luar biasa sekali. itulah sebagian kecil dari Indonesiaku, tanah air, tumpah darahku. Dan hal ini juga yang selalu membuatku betah untuk berlama-lama menikmati masa liburan tak ubahnya liburan singkat yang kumiliki semester ini, karena beberapa hari lagi tepatnya tanggal 4 Juni aku harus balik lagi ke Padang untuk segera memenuhi kredit semester pendek yang telah kubayar seharga seratus ribu rupiah itu untuk dua SKS itu.

Asyiknya lamunanku siang itu menikmati alam yang begitu permai dikagetkan begitu saja dengan seruan sebuah pesan singkat yang baru saja kubaca dari salah seorang teman seangkatan, satu jurusan, satu kelas, satu departemen, bahkan satu kosan, sehingga aku menganggapnya tidak hanya sebagai teman biasa tapi seperti saudara sendiri karena latar belakang sekolah kami yang hampir sama dan berdekatan sehingga kamipun memiliki banyak teman yang sama dan beberapa kegemaran yang sama pula, meskipun sebenarnya kami bukanlah berasal dari kampung yang sama dan tidak memiliki hubungan keluarga apa-apa. Itulah indahnya ukhuwah, yang bukan siapa-siapa bisa menjadi saudara layaknya saudara sendiri. Mudah-mudahan saja persaudaraan ini terus berlanjut hingga kamipun dipertemukan nanti di taman syurga sana sesuai dengan nama saudaraku itu Raudatul Jannah yang berarti taman syurga, aamiin.

Betapa tidak kagetnya aku ketika tulisan yang muncul di layar telephon selular itu mengkhabarkan bahwa perkuliahan semester pendek untuk mata kuliah yang aku ambil telah dimulai hari itu tepatnya satu minggu lebih awal dari informasi yang kudapatkan sebelumnya, dengan kata lain aku harus segera berangkat ke Padang sementara baru kemaren rasanya aku sampai di rumah dan belum puas menikmati liburan singkat ini. Tiba-tiba selular phone ku bergetar untuk kedua kalinya menandakan pesan baru masuk, dan ternyata pesan yang ini juga berasal dari temanku Raudatul Jannah atau biasanya sering dipanggil Rina, kali ini pesan singkat itu bertuliskan bahwa perkuliahan SP kami akan dilanjutkan 4 hari lagi tepatnya hari jum’at karena dosen yang bersangkutan tidak bisa mengisi perkuliahan pada pertemuan kedua pada hari rabu. Dalam hati kubersorak riang berarti aku masih bisa menikmati indahnya alam Pandai Sikek untuk beberapa hari lagi, dan paling tidak aku bisa balik ke Padang pada hari jum’at saja.

Benar sekali tepat pada hari jum’at, pagi-pagi sekali aku bergegas keluar dari rumah pamit kepada Ayah dan Ibu untuk berangkat ke Padang demi perkuliahan singkat itu. Hanya dengan menghabiskan waktu sekitar satu setengah hingga dua jam, aku sampai di ibu kota sumatera barat tersebut. Dengan bergegas kuturun dari bus ANS yang berukuran tiga perempat full AC yang sangat mudah sekali dikenali dengan kilauan abu-abu diseluruh tubuhnya yang sangat setia setiap harinya membawa penumpang dari dan ke Padang-Bukittinggi itu, langsung kusebrangi jalan di depan Basco Hotell dan Basco Grand Mall yang dahulunya diberi nama Minang Plaza dan masih belum ada bangunan hotel berkelas western berlantai tujuh disebelahnya tersebut yang merupakan kepunyaan saudagar sukses asli Sumatera Barat, Basrizal Koto, yang mana letak kosan ku tepat berada di seberang dua bangunan megah tadi, di jantung kota Padang.



Begitu sampai di kosan atau kami menyebutnya dengan wisma, aku langsung disamperi oleh juniorku yang berada dua tingkatan dibawahku sebut saja Nunung dan seperti biasa setiap apapun peristiwa atau keadaan yang terjadi diwisma teman- teman selalu menginformasikannya kepadaku apabila aku tidak berada di wisma, karena kebetulan aku adalah yang dititipkan amanah untuk mengelola dan mengepalai wisma Fakultas Bahasa dan Sastra itu untuk satu tahun kepengurusan 2010/2011. Nunung mengkhabari kalau ada tiga calon mahasiswa baru yang berasal dari Kepulauan Riau baru saja sampai di wisma semalam dan yang tidak kalah mengheran juga calon mahasiswa baru tersebut mengenaliku dan sangat ingin bertemu denganku, saat aku menanyakan namanya Nunung pun tidak begitu yakin dengan nama yang ia sebutkan karena belum begitu banyak berbincang-bincang dengan ketiga calon mahasiswa baru tersebut.

Kuingat-ingat kembali rasanya aku tidak memiliki relasi maupun kenalan yang berasal dari Kepulauan Riau. Adapun sahabat karibku waktu kecil dulu, Kiki, tidak mungkin, dia seangkatan denganku dan diapun telah terdaftar sebagai mahasiswa angkatan 08 seangkatan denganku di salah satu universitas di Kepri sana. Kemudian aku teringat dengan janjiku dengan seorang calon mahasiswa baru yang pernah aku kenal dan chatting melalui salah satu jejaring social. Kami berjanji untuk saling menghubungi sewaktu pengumuman hasil Seleksi National Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) diumumkan yaitu tanggal 1 Juli, tapi karena benar-benar ketiadaan pulsa di kedua kartu selularku saat itu, aku tidak jadi menghubunginya. Meskipun begitu aku tidak menaruh sedikitpun rasa curiga akankah tamu yang baru sampai itu adalah dia, si adek calon mahasiswa baru yang benar-benar menginginkan mengambil program strata satunya di kampus beralmamater kuning, kampusku ini, karena diapun tidak menghubungiku untuk mengkhabari tentang kelulusannya.

Bersambung…

Senin, 01 Agustus 2011

kutemukan Ia kembali


cinta adalah kekuatan,
yang mampu mengubah duri jadi mawar,
mengubah cuka jadi anggur,
mengubah malang jadi untung,
mengubah sedih jadi riang,
mengubah setan jadi nabi,
mengubah iblis jadi malaikat,
mengubah sakit jadi sehat,
mengubah kikir jadi dermawan,
mengubah kandang jadi taman,
mengubah penjara jadi istana,
mengubah amarah jadi ramah,
mengubah mushibah jadi muhibah,
itulah cinta...!







sebuah puisi dari Rumi dalam Masnawi nya.
sebuah syair yang kutemukan kembali disaat menjelajahi sebuah bibliografi seorang tokoh terkenal, tak bosan kuulangi ia, meski sekarang kutemukan jua tulisan itu pada buku yang berbeza (novel best seller).