Rabu, 31 Oktober 2012

CARE AND LOVE FOR INDONESIAN CHILDREN (CLIC)


Merasa CLIC dengan Bintang

Merasa beruntung sekali begitu dikenalakan dan diajak bergabung dengan CLIC (Care and Love For Indonesian Children), sebuah Non-Government Organization (NGO) yang bergerak dibidang social education. Lebih lagi ini “Padang” lho , mungkin CLIC boleh dibilang satu-satunya NGO yang digerakkan oleh beberapa anak muda dalam hal social education di kota Padang. Bukan ga ada NGO sama sekali, tidak. Tapi jarang ada yang concern  dalam dua hal sosial dan edukasi.

 Pertama kali aku kenal CLIC itu sewaktu praktek lapangan alias PL sekitar bulan Maret atau April lalu. Saat itu namanya belum CLIC bahkan belum ada namanya, dan anggotanya baru beberapa orang saja. Pertama kali aku denger kegiatannya waktu itu, mengajarkan bahasa Inggris untuk adek-adek di panti asuhan otomatis aku udah kefikiran langsung ini kegiatannya pasti have fun banget dan bakalan jadi “trend’ neech ibarat nya kalo di twitter alias bakalan dilirik sama orang-orang. Hehe..kenyataannya iya kok, belum 1 tahun bergerak,  sekarang aja jumlah volunteernya udah puluhan J.

Dari kejauhan nun di Payakumbuh sana aku perhatiin foto-foto kegiatan di panti yang sering di upload,  terbesit rasa iri ingin ikut berbagi dan mencair dengan suasana di panti asuhan, ingin rasanya  setiap minggu hadir dalam kegiatan tersebut.

Bagiku  mungkin panti asuhan termasuk salah satu tempat yang jarang aku kunjungi bahkan dari kecil gak pernah sama sekali. Mungkin sering mendengar istilah panti asuhan hanya sewaktu belajar disekolah aja, cerita dari guru atau temen-temen saja yang mungkin mereka juga belum pernah atau pernah lewat doang.  sehingga aku tidak begitu deket dan merasakan bagaimana suasana dipanti asuhan sebenarnya.
Pertama kali aku berkunjung kepanti asuhan Aisiyah, yang berlokasi di Muaro Panjalinan yang hanya berjarak beberapa meter saja dari bibir pantai Samudera Indonesia, tepatnya Juni lalu sehabis PL, bersama beberapa clicious lainnya kalau ga salah sekitar 4 atau 5 orang, aku, Ghea, Nesha, Widya, Rani, waduh aku lupa 1 orang lagi. Baru memasuki gerbang panti Aisiyah saja aku sudah disambut oleh adek-adek panti yang begitu ceria. Mereka sangat mudah akrab dengan orang-orang baru, itu kesan pertama yang ku tanggkap, sebut saja beberapa diantara mereka yang baru aku kenal hari itu Suci, Nanda, dan Yenni. Bukan bermaksud mengistimewakan mereka dengan hanya mention nama-nama mereka bertiga tidak, tapi hanya sebagian kecil contoh yang bisa aku sebut pada goresan ini.

Ketiga gadis kecil itu memiliki sifat dan kepribadian yang sama sekali berbeda: Suci yang suka “show off”, tampil memikat hati orang lain dengan kecerdasan dan keceriaannya.  Lihat saja ketika alunan-alunan lagu yang dirangkai dalam bahasa Inggris sederhana yang ia peroleh di sekolah dan dibeberapa pertemuan CLIC sebelumnya, begitu lepas dia lantunkan dihadapan kami semua. Tidak hanya itu kemampuan Suci dalam berhitung dan melafalkan kosakata lainnya dalam bahasa Inggris sangat luar biasa. Entah mukjizat apa yang telah diberikan Tuhan kepada sosok Suci yang belakangan rame dibicarakan oleh clicious karena perjuangan hidupnya yang luar biasa. Kemudian, Nanda yang sangat hangat sekali, yang  namaku selalu disebut-sebut olehnya sehingga aku merasa memiliki ”sibling” baru disana. Senyumnya yang begitu hangat dan ikhlas menjadikan siapapun yang mengenalnya akan merasakan kehangatan dan keikhlasan dari malaikat kecil yang dititipkan Tuhan kira-kira 9 atau 10 tahun yang lalu, kepada seorang ibu yang harus segera menghadap Tuhannya kembali. Jikalah ada test kemampuan menghafal untuk anak usia 9 atau 10 tahun di kota ini, aku yakin Nanda adalah salah satu dari mereka. Dan yang terakhir  adalah Yenni dengan wajah innocentnya,  apa adanya dan sorot matanya yang tajam yang memancarkan kedamaian, seolah berdo’a untuk negeri ini agar selalu diberikan kedamaian dan keadilan. Kedamaian untuk siapa saja yang merasa tidak aman dan keadilan bagi sesiapa merasa dunia ini tidak adil, padahal Tuhan telah menentukan takdir hidup kita masing-masing. Dan masih banyak lagi Suci, Nanda, dan Yenni lainnya yang tidak kalah luar biasanya dan dengan kisah-kisah perjalanan hidup mereka masing-masing.

Bagiku hari itu begitu berarti, meski pulang diguyur hujan tidak menyurutkan tekadku untuk ikut berbagi keceriaan dan nikmat yang telah Engkau berikan, dengan mereka-meraka yang mungkin tidak seberuntung kita, hidup dengan segala kecukupan. Beberapa  kosakata baru dalam bahasa Inggris tentang anggota tubuh yang kami ajarkan tadi di panti tidak akan sebanding dengan pelajaran yang aku dapatkan hari ini, aku merasa sangat bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan: keluarga, kebahagiaan, harta benda, kasih sayang dari orang-orang disekitar, dll.


Honestly, aku begitu merindukan suasana berkumpul dengan adek-adek di panti asuhan, melihat mereka ceria dan tertawa lepas mengingatkanku pada masa-masa kecil dahulu dan masa kecil anda juga tentunya, begitu indah, damai, menyenangkan, dan tidak ada beban sedikitpun. Merekalah “taree zameen” bintang-bintang yang akan bersinar meneruskan generasi bangsa ini. Never been afraid bestowed each other.  Semoga CLIC bisa melebarkan sayapnya dan tidak pernah puas atas pencapaian pada koordinat ini. Masih banyak lagi pekerjaan rumah di ranah Ibu Pertiwi ini yang menunggu sosok-sosok tangguh dan relawan seperti clicious. Masih banyak lagi bintang-bintang yang enggan bersinar dan bahkan untuk bersinarpun tidak bisa. Hanya orang-orang yang memiliki tekad dan semangat juanglah yang mampu membantu menyalakan sinar itu. Biarkan bintang-bintang tersebut berkerlap kerlip di persada ini di saat engkau tidak mampu bersinar terang lagi.

Terakhir, terima kasih untuk temen-temen di CLIC yang udah ngajak aku gabung dan terjun langsung di kegiatan social education ini, begitu menyenangkan rasanya bisa berbagi keceriaan J a thounsand of words cannot say my hunch. :D.. semoga Tuhan masih memberikan saya kesempatan untuk ikut menghidupkan cahaya bintang ditengah hiruk pikuk zaman (Indeed prayer L ).
Dan terima kasih juga kepada semua volunteer dan donatur yang telah menyisihkan sedikit dari jerih payah Bapak/Ibu, Uda/Uni, Kakak/ Adek  sekalian baik materil maupun non materil untuk kegiatan social education ini. Hanya Tuhan yang bisa membalas semua kebaikan dan keikhlasan. Semoga akan bermunculan CLIC-CLIC lainnya, dan bersama mari kita buat negeri ini tersenyum J.

                                                                                                                                                  

Rabu, 29 Agustus 2012

THE FABULOUS LESSON FROM OUR PROF. JACK C RICHARDS "


“Live is short and full of complicated predicaments, so make it useful and do your best for anything you done”.  That is just one of the swords which stands anytime in my mind forcing this pathetic bondservant not to stop thanking for His blessed. God never let us stand alone for this traffic live by dozens obstacles leading us to the vile path. By His mercy, He crafts us as human being whom couldn't be able to dive in the world just by your own foots.

Let’s take a look; lastly feel so boring for the routine rounding the whole day. I myself am not typically the personage enjoying monotone activity in an interlude. Let say, just a month working as a teacher or mentor in a course concerning for SHS students has eliminated the sense of the teacher as the most prestigious stance ever of career (I bet you know the deep meaning of teacher, right). As if, I didn’t find my passion for the field yet I do. Even, I almost had ever decided to wave the resignation flag, but didn’t. So, I should say WAW then?

Haha…No guys, you don’t… That was full of my appetites.

This week when I was walking on the blogs, a fellow say the initial NH (her name means the light) my fellow in Iman and debating community (God willing) writing enlightened of Jack C Richards the classiest professor for the English study. Interested on him, then, never let my mind freeze, in a couple of minutes I landed safely 
like a jet plane in a house on the screen on http://www.professorjackrichards.com/.



What a marvelous recovery, yups.., his name is Jack C Richards born in New Zealand, obtained a Master of Arts degree with first class honors in English from Victoria University in Wellington, New Zealand, in 1966, and his Ph.D. in Applied Linguistics from Laval University (a French-Language University) in Quebec City, Canada in 1972. He has worked in many parts of the world; including New Zealand, Canada, Indonesia, Singapore, Hong Kong, and the United States (just visit his site for reading more).

For me he is refined and so cultivated. I don’t mean he is the top of the most inspired Prof. no, yet mostly the sense of the deep feelings as an English pupil who attain the knowledge directly from the Prof. Richards (ciecie) through his findings, and  writings (:P)  which has never been known who he obviously is  even never seen before. For me, it is so classy finally finding him, however just on the screen (regretless), the same feeling I thought with my partner mentioned. You guys too, aren’t? Guys never lie for yourself, particularly for those belong to English department students, I bet you may say, “oooh..Yeah I just know about him, see his pictures finally, up to now just hearing and seeing his name on my handbooks,”let say, “ Curriculum Development in Language Teaching (2001), Approaches and Methods in Language Teaching (second edition 2001, with Ted Rodgers), Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics (4th edition 2010, with Richard Schmidt, and your Interchange  (IC) book”  hehe, be honest!. And no less remarkable one Prof. Richards has ever stepped his foot in De La Salle University, PHIL. Where we have been. Hehe forget it.J

Back to my appetite of teaching, after reading a piece of his biography, reminded that, life is too worthy letting it set off and have never been enough for you to reach all the mesmerize episode within this fabulous journey. It is the time for you guys to take this life on what your passion is. The time to share a chunk of your delight to others, assign your privilege to underprivileged one. Believe it or not we will find our happiness and joyfulness. Never been afraid bestowed each others. This is the submission aimed chiefly for me.

Finally realized so many things need to be accomplished, as a youth, let's wake up, guys. Be the second, the third or even the thousandth Jack C Richards who dedicated his life for education, not just like him, we have so many inspired leaders and personalities even better. Do not mention them because too many. Working as a volunteer in His path, social, education, economical, environment, stability, etc sides it is abundant.

Thanks NH for your reminder, already wake up from my moodyJ.

                                               



Minggu, 27 Mei 2012

TERNYATA AKU MAKIN CINTA, because you are taree zameen


Ya Allah, aku jatuh cinta...

Salahkah aku jatuh cinta kepadanya, kepada mereka, kepada semua yang berkarya berjuang demi satu cita, demi impian mereka. Semuanya begitu mengharukan dan terjalin indah di sini.

Rabu, 2 mei 2012, saya dan kedua rekan praktek lapangan saya pagi-pagi sekali, kami sudah berpakaian rapi, bangga sekali rasanya memakai seragam pemda bewarna kuning kecoklatan ini serasa benar-benar sudah menjadi cik gu, tidak sabar rasanya ingin mengikuti apel pagi hari ini dalam rangka memperingata hari Pendidikan Nasional.

Begitu memasuki gerbang sekolah saja suasana khidmat dan bersahabat sudah meliputi athmosphere sekolah yang terletak di tengah-tengah kota galamai ini. Di pojok kanan sana, tepat di depan kantor, sosok kepala sekolah yang tegap dan bersahabat sudah menyambut kami dengan penuh senyum kedamaian, dan hampir setiap pagi beliau menyalami setiap siswa dan majlis guru yang sudah pasti akan melewati keberadaan beliau di pojok tersebut. Terkadang kami berfikir, “si Bapak pukul berapa yaah star dari rumah?”.  Teladan yang bisa dicontoh untuk segenap abdi masyarakat. Kalau untuk hal ini memang tidak ada yang tidak mengancungkan jempol atas  keteladanan yang sudah diciptakan oleh bapak kepsek.

 Rasa kebangsaan dan suasana pendidikan begitu kental terasa di sekolah ini. Kenapa tidak, hampir setiap apel upacara bendera setiap Senin pagi  setelah sang merah putih dikibarkan dengan begitu khidmat dan lagu-lagu kebangsaan dilantunkan dengan penuh penghayatan oleh segenap  warga sekolah, kami selalu tak sabaran menunggu bagian pengumuman. Saya jadi teringat beberapa tahun yang silam sewaktu masih berseragam putih biru tua dan putih abu-abu dulu, bagian pengumuman setelah perkumpulan terkadang menjadi bagian yang sangat dinanti dan terkadang juga menjadi bagian yang sangat ditakuti bagi warga ponpes saat itu. Dinanti karena berisikan pengumuman pemuncak lomba atau kegiatan kompetisi baik antar warga pesantren maupun perlombaan ditingkat wilayah dan bahkan nasional. Di takuti karena hampir selalu diikuti oleh informasi takasus, bagi sesiapa yang melanggar peraturan ponpes, mulai dari cabut, tidak disiplin dan jenis pelanggaran lainnya. Tidak jarang pula biasanya eksekusi atas pelanggaran tersebut langsung dilaksanakan dihadapan warga ponpes sewaktu perkumpulan mulai dari diberdirikan didepan, pencolakan rambut, gundul habis, hingga pemanggilan orang tua, dll. Tapi hal itu semua tidak bukan hanyalah untuk mendisiplinkan kami dan semua ganjaran tersebut memang selayaknya diberikan bagi sesiapa saja yang tidak disiplin bukan hanya sebagai pelajaran tetapi juga penegakkan keadilan. So, sebenarnya seluruh pemimpin bangsa ini semenjak kecilnya sudah diajarkan akan arti keadilan dan kedispilinan tetapi mengapa masih ada juga yang tidak menegakkan keadilan dan melanggar peraturan yang ada yaa..


Balik lagi kepada pengumuman sehabis upacara di  sekolah tempat saya praktek lapangan, di sekolah ini suasana kompetisi sangat kental sekali.  Hampir setiap apel pagi, mau sehabis upacara bendera setiap senin ataupun sehabis muhadharah jum’at pagi, kami selalu diperdengarkan kata-kata,” alhamdulillah sekolah kita kembali meraih juara 1 dalam lomba.....( lanjutannya beragam ada lomba sains, bahasa inggris, debate, story telling, cipta puisi, cipta lagu, kesenian lainnya, sepak bola, takraw, olahraga lainnya, IT, pramuka, kepemimpinan, kebersihan, dll)”. Dari awal dinas disini hingga berakhir masa praktek lapangan semester ini rasanya tidak bisa dihitung sudah berapa kali kami mendengarkan dan  mengucapkan serta menyalami siswa/siswi yang berhasil mengharumkan nama sekolah tersebut.  
Berjalan bergiliran dan menyalami bintang –bintang sekolah tersebut sudah menjadi kebiasaan sepertinya dalam beberapa minggu ini di sekolah RSBI ternama ini. Kenapa tidak dalam 2 bulan ini saja, beberapa siswa tidak lagi menyumbangkan tropi-tropi sang jawara itu kesekolah, tetapi lebih dari itu, beberapa diantara mereka ada yang bahkan akan mewakili propinsi ini ke tingkat nasional dalam kejuaraan solo song dan vokal group di NTB. Saking hebatnya suara mereka, sampai-sampai untuk solo song, mereka mengalahkan seorang penyanyi  yang nota benenya juara jebolan  sebuah ajang pencariaan bakat asal ranah minang yang diselenggarakan di salah satu televisi swasta nasional. Wuff..bener-bener ga salah juri memilih..pertama kali denger suara mereka latihan untuk acara perpisahan aja bulu roma saya sudah berdiri, Subhanallah memang luar biasa suara anak-anak ini.


Bukan hanya itu dalam olimpiade sains pun bulan depan juara 1 dari merekapun (sengaja di sebut juara 1 karena juara 1,2, dan 3 mereka semua yang meraih untuk tingkat kota) juga akan mewakili propinsi ini ke tingkat nasional. Bener-bener sudah tidak terhitung lagi berapa banyak bintang-bintang kecil itu sudah mempersembahkan yang terbaik dari mereka untuk sekolah ini.

Saya sangat senang sekaligus bangga bisa diberikan kesempatan untuk praktek lapangan di sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri 1 ini, bukan karena status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional nya tetapi karena siswa/siswinya yang santun, religius, dan smart. Mereka adalah bintang-bintang di bumi ini yang telah dititipkan pleh Allah kepada para orang tua yang luar biasa amanah dan juga guru yang luar biasa terampil dan kreatif. Dialah bintang-bintang yang akan menghiasi dan memimpin negeri ini beberapa tahun nanti. Dialah bintang bagi orang tua mereka, guru mereka, agama mereka, dan bangsa mereka. Jangan sia-sia kan mereka. Jadilah engkau bersinar terang wahai bintang-bintang kecilku (taree zameen). We love u..:)
Sebagai penutup, alhamdulillah upacara bendera terakhir minggu kemarin selama masa praktek lapangan, Senin,  21 Mei 2012, dihiasi dengan bendera-bendera hijau, merah , dan kuning dari siswa/siswi ku yang berhasil meraih juara 2 dan 6 dalam lomba pramuka tingkat provinsi.

Semoga apa yang diusung oleh mendiknas dalam tema hardiknas tahun ini, “ Bangkitnya generasi emas Indonesia” akan segera terwujud. amiin

Kalian begitu membanggakan, dan menginspirasi banyak orang...kalianlah taree zameen..

 Semakin jatuh cinta...
Payakumbuh – Padang 29 mei 2012, 00:10
(dan masih banyak lagi kisah-kisah menarik, dan suka duka selama praktek lapangan di sekolah ini L, J)

Selasa, 01 Mei 2012

INSPIRED FOR BEING THE BEST "KHAIRUNNAS"

Udah beberapa bulan ga up date tulisan, sampai-sampai salah seorang follower ku yang nota benenya juga teman sejurusanku sampe komplain kenapa ga update tulisan hehe.. jadi berasa gimanaaaa gitu yaah di perhatiin banget..ckckck..ga juga tujuannya baik dia pengen kita lebih kreative dan selalu produktif dalam segala hal yang positif termasuk tulisan. Maklum temenku itu atau tepatnya senior satu angkatan diatasku itu luar biasa banget, tulisannya aja udah beberapa kali diterbitin di surat kabar lokal dan dia juga seorang jurnalist surat kabar kampus lagi, wuisss keren ga tuch. Jujur diriku ngiri banget sama kakak yang satu ini.. dia bersahaja banget tapi bikin kita terkaget-kaget dengan action yang dia lakuin. Thanks kak AZ atas percikan semangat dan aura positifnya ..

 Beberapa waktu kebelakang ini banyak sekali yang membuatku terkagum-kagum dan memompakan semangat positif itu. Yang menyadarkan saya kembali akan posisi saya sebagai seorang mahasiswa “agent of change” dan “young leader” generasi penerus bangsa ini, yang akan mewarisi dan memimpin negara ini ( ga berlebihan kan..koreksi diri masing-masing dech..;)). Mulai dari sewaktu saya harus mengikuti praktek lapangan di salah satu sekolah menengah pertama di kota Payakumbuh, kota yang sangat terkenal sekali dengan kulinernya yang variatif dan super enak yang terletak lumayan jauh dari kota Padang dan menghabiskan kira-kira 4 jam perjalanan dengan menggunakan bus. Menjadi seorang guru praktek di sekolah Rintisan Bertaraf Internasional ini memutarkan kembali memori saya beberapa tahun yang silam akan tujuan saya mengambil jurusan yang saya geluti sekarang. Saya kembali tersentak akan pentingnya pendidikan dan besarnya jasa seorang guru, karena dari tangan-tangan beliau-beliau lah pemimpin bangsa ini lahir, karena dari tangan seorang guru jualah seorang anak yang tidak bisa tulis baca, tidak bisa mengeja, mengenali huruf, nama-nama benda, tidak bisa berkomunikasi, tidak tahu potensi diri mereka, menjadi seorang yang sangat berarti bagaikan emas, yang semakin disapuh semakin indah dan berharga. Saya benar-benar tersadarkan akan profesi seorang guru yang ga bisa di anggap sebelah mata. Yuupzz..saya merasa beruntung sekali diberikan kesempatan sebagai calon pendidik.

 Ngomong-ngomong calon pendidik, nah inspirasi yang ke dua datang sewaktu saya kembali ke Padang kemaren untuk mengikuti seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara. nah kebetulan juga ini bener-bener kesempatan yang sesuatu banget kita EDEC famz (EDEC famz= teman-teman di debate club saya) ngumpul, dah lama banget kita ga ngumpul dan sebagian di antara kita udah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tanpa sengaja temen-temen EDEC famz ada yang bahas tentang Indonesia Mengajar dan beberapa diantara mereka ada yang bener-bener tertarik sehingga bela-belain beli bukunya ke Gramedia. Sebenarnya saya sudah tahu dan tertarik dengan program rintisan bapak Anis Baswedan ini semenjak dua tahun lalu, yaah tetapi karna setiap kali saya ngomongin tentang hal ini dengan teman-teman baik dikampus atau di forum-forum ga ada yang tau banyak dan juga tertarik, makanya saya bungkam aja. Sebenernya neech perasaan dah kepingin banget daftar jadi salah satu peserta Indonesia Mengajar. Bagi saya program Indonesia Mengajar sangat challenging banget, dan kebetulan saya memiliki hobi kurang lazim yaitu menyukai hal-hal yang berbau tantangan dan advanture alias travelling alias backpacker (meski belum pernah nyoba..hehe..maklum cita-cita saya dari kecil ingin menjadi journalist).

 Bukannya sok jadi pahlawan kesiangan tetapi bagi saya bisa saling berbagi dengan orang-orang yang benar-benar butuh dan melihat ada output positif dari apa yang kita kontribusikan kepada mereka merupakan kepuasan tersendiri yang ga bisa dibalas dengan materi sekalipun. Itu juga kenapa ayah selalu menyarankan kami agar menjadi tenaga pendidik. Dengan pengalaman mengajar ayah kurang lebih sudah 35 tahun bergelut dengan dunia tersebut kami sedikit banyaknya sering mendengar atau bahkan melihat sendiri bagaimana ayah mengactualisasikan dirinya dengan profesi mulia tersebut. Aku sangat berharap suatu saat nanti goresan pengalamanku akan menjadi salah satu tulisan yang berarti yang dimuat dalam buku Indonesia Mengajar. Sekaligus menjawab tantangan salah seorang temanku satu jurusan satu angkatan yang menantangku dalam chatnya lewat salah satu akun pribadi saya (facebook) beberapa saat lalu.

Saya berharap mudah-mudahan dia juga bisa menjadi salah seorang tenaga pendidik untuk Indonesia Mengajar, so kamu ga usah nangih pengalamanku, karena kamu udah ngalamin langsung, hopefully. Biar makin dewasa juga tanpa your sweaty sweater..ckckck hehe... Masih bayak sekali yang ingin saya share pada tulisan kali ini, dan juga masih banyak lagi orang-orang yang telah berhasil memotivasi saya serta menyemangati saya kembali. Saya hanya ingin menjadi khairunnas yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain bukan malah sebaliknya menjadi mala petaka bagi orang lain. Semoga Allah mendengar harapan ini dan memudahkan jalannya. Amiin ..

 "KHAIRUNNAS ANFAU'HUM LINNAAS"
 Payakumbuh, 1 Mei 2012 Pukul 23:35

Minggu, 04 Maret 2012

PENGALAMAN MENGURUS USA VISA

Ini nih satu lagi pengalaman yang gak bakalan bisa saya lupakan , mendapatkan visa USA. Tepat pagi-pagi sekali di hari ke 2 bulan Februari ini saya dan 6 rekan saya lainnya memberanikan diri untuk mengapplai visa USA, meski sebenarnya kami tidak yakin pasti berangkat atau tidak. Boro-boro mau berangkat buat lulus interview visa saja saya tidak yakin. Apalagi dengan banyaknya tulisan-tulisan maupun cerita-cerita langsung dari orang yang pernah mengurus visa USA. Mulai dari masalah nama yang Islami, wajah timur tengah, penampilan yang religi, alasan keberangkatan,dll.

Sebenarnya dari awal tepatnya semenjak saya mendapatkan undangan dari USA untuk mengikuti event tersebut Juni tahun lalu, saya juga sudah mencari-cari informasi sana-sini bagaimana cara dan persyaratan untuk mendapatkan visa USA, termasuk ke beberapa senior dan juga dosen yang sudah pernah mengurus serta travling ke luar negeri.

Pagi tersebut kami dari Rawamangun langsung berangkat menuju ke kedutaan besar Amerika Serikat yang terletak di Kuningan tepatnya di Jl. Medan Merdeka Selatan, No. 3 - 5, Jakarta. Tepat pukul 06.35 kami sudah berada di depan bangunan berpagarkan besi runcing tinggi kira-kia 2,5-3 meter yang seandainya saja ada orang nekat memanjat pagar tersebut pasti bakalan langsung mengoyak perut mereka dan di atasnya juga dihiasi dengan kawat duri yang disusun melingkar seperti spiral, jadi saya pastikan pencuripun atau bahkan pendemopun akan sangat susah melewatinya.
Ternyata benar, pagi-pagi saja disaat semua petugas embassy belum berdatangan para pengantri calon interviewer sudah mengantri panjang di depan kedutaan besar tersebut. Ada yang sudah siap dengan penampilan konglomerat, ada juga yang berlagak ala karyawan kantoran sangat necis sekali serta membawa tas dan map besar yang didalamnya berisikan segala surat-menyurat dan dokumen-dokumen, mulai dari sertifikat pribadi,:akte kelahiran, kartu keluarga, kartu pengenal, sertifikat tanah, mobil, rekening pajak, dll. Hmm... Sedangkan kami bertujuh orang dengan pakaian ala mahasiswa dan dokumen-dokumen seadanya yang wajib ada saja mencoba ikut berbaris rapi di antrean yang sudah panjang tsb.

Para petugas keamanan dan pemeriksa dokumen dengan khidmatnya satu persatu mulai menngecek kelengkapan dokumen kami. Saat itu kita mulai antrean di bagian samping kedutaan, tepatnya di antrean yang berada di bawah jalan tol didekat pos satpam atau polisi gitu, kemudian baru disuruh jalan kebagian pemeriksaan dokumen . pada bagian pemeriksaan kali ini para calon interviewer memperlihatkan visa appointmentnya terlebih dahulu untuk di cocokkan dengan daftar yang dimiliki oleh pihak USA embassy apakah namanya bener-bener tertera atau tidak sebagai interviewer pada hari itu. Setelah pemeriksaan ini, berikutnya petugas keamanan akan memeriksa dan mengamankan segala bentuk barang-barang elektronik termasuk kabel USB, headset, flash disk, modem, charger, dll yang berhubungan dengan IT. So, udah dipastiin anda tidak akan bisa mengabadikan momen-moment anda ketika mengurus visa dan berada di kedutaan besar USA. Kebetulan karena kita satu rombongan jadi semua laptop, iPod, handphone, flashdisc, modem, charger, headset kita gabungin semua kedalam satu tas salah seorang rekan kita termasuk juga dengan liquid, mau itu air minum mineral, atau bahkan parfume dalam botol kecil, dan juga benda-benda runcing dan juga tajam seperti jepit kuku juga harus diamankan.

Setelah melewati ruangan pengamanan tersebut kami menunggu giliran untuk masuk ke halaman depan tempat pemeriksaan kesahan dokumen tepatnya menuju loket-loket yang sudah tersedia. Semuanya terstruktur dengan baik, kita dipersilahkan maju sekitar tujuh tujuh orang terus ikut antrean lagi setelah itu baru maju ke bagian loketnya.

Nah, di bagian loketnya ini nech yang bikin saya mulai deg-degan. Segala data yang tertera pada formulir di cocokkan dengan data yang masuk ke portalnya dan kalau seandainya ada yang ketinggalan ngisi atau kurang hati-hati maka akan disuruh untuk memperbaiki lagi. Terus masalah foto juga berpengaruh besar. Biasanya anda –anda yang sudah pernah mengurus visa ke negeri paman sam ini pasti sudah pada tau neech betapa susahnya untuk memenuhi criteria foto dan juga memasukkannya ke dalam portal, ada yang kapasitasnya terlalu besarlah, terlalu teranglah, posisi kepalanya salah lah, atau bagi anda wanita yang menggunakan jilbab juga ada ukuran atau ketentuan tersendirinya.


Okey, ada yang sering bertanya-tanya boleh gak yamemakai jilbab di dalam foto visa? dengan tegas saya menjawab boleh. Hal ini saya rasa sangat perlu saya share di sini sebagai referensi juga bagi para muslimah yang akan mengurus visa USA. Kita boleh menggunakan jilbab asalkan seluruh wajah kita kelihatan hinnga ke batas rambut, dan tidak perlu menampakkan telinga. Akan tetapi ada juga sebagian yang menampakkan telinganya karena was-was tidak diizinkan kalau memakai jilbab. Ketentuan penggunaan jilbab ini resmi kok dari US embassynya Cuma ada juga di beberapa loket yang mengharuskan tampak kuping.

Alhamdulillah, akhirnya masa-masa itu terlewati dari 8 orang rombongan kami saya dan 4 orang teman saya lainnya lolos dan memenuhi persyaratan dan segera menuju antrean untuk interview. Sementara 3 orang teman saya lainnya harus keluar dari kedutaan besar USA, 2 orang untuk melengkapi data mereka yang belum lengkap di portal dan 1 lagi harus memperbaiki fotonya karena menggunakan jilbab tetapi belum sesuai dengan ukuran yang diharapkan. Tempat memperbaiki berkas tersebut tidak terlalu jauh dari USA embassy yaitu dijalan sabang dibagian depan USA embassy. Di sana banyak sekali tempat foto maupun warnet yang khusus melayani untuk persiapan visa.
Kira-kira dua puluh menit saya menunggu diruang antrean akhirnya saya beserta 4 teman lainnya bersegera menuju loket 8 untuk diwawancara. Tiga orang teman saya yang pertama menerima kertas putih dengan sangat mudah dan interview yang berlangsung dengan singkat ini berarti mereka lolos dan menunggu tiga hari lagi untuk visa mereka yang akan keluar. Sementara saya adalah yang terakhir kalinya diwawancara, Alhamdulillah semua pertanyaan bisa saya jawab dengan penuh semangat dan menurut saya sangat meyakinkan si bule yang menginterview. Semua pertanyaan dilontarkan in English dan begitu juga dengan jawaban yang saya berikan. Tetapi jangan khawatir para petugas kedutaan besar Amerika ini juga sudah terlatih kok dengan bahasa Indonesia, jadi kalau Bapak/Ibu/teman-teman yang gak PD atau tidak bisa sama sekali menggunakan bahasa Inggris mereka akan mewawancarai anda menggunakan bahasa Indonesia.

Meskipun saya menjawab begitu lancar tetapi interview saya berlangsung sangat lama jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Petugasnya sampai menanyakan ID card saya, akte kelahiran, kartu keluarga, dan pekerjaan ayah. Sementara temen-temen saya yang lainnya tidak ada yang ditanya. Kemudian foto saya yang ada di paspor, berkali-kali dicocokan dengan foto yang ada di formulir visa dan juga wajah asli saya. Sempat saya berfikiran negative, apakah ini pertanda buruk bahwa saya tidak akan diloloskan. Sejenak saya kembali berfikir apakah karena nama saya yang Islami, atau penampilan saya yang menggunakan jilbab yang lumayan lebar, atau karena wajah saya yang kata orang keturunan timur tengah. Oh GOD… kalau memang ini takdirku (tidak lolos) mungkin itulah yang terbaik. saya berusaha meyakinkan si petugas dengan bersikap setenang mungkin, dan sekarang saya tau mungkin wajah saya agak terlihat beda dengan kacamata yang aku pakai, karena 3 fotoku yang berbeda tersebut masing-masingnya tanpa menggunakan kacamata. Lalu saya putuskan untuk membuka kacamata minus saya dan benar, dengan spontan si petugas bule tersebut langsung berkata “nice…” okay..dan dia pun langsung memberikan saya sebuah kertas putih yang berarti saya lolos dan akan mendapatkan visa USA segera dalam 3 hari kedepan.
Thanks GOD , Alhamdulillah…akhirnya kita semua lulus interview dan akan mendapatkan visa USA kami segera 3 hari lagi, tetapi meskipun begitu salah seorang dari teman dosen kami yang juga akan berencana bareng dengan kami ke USA dalam rangka holiday terpaksa harus menerima kartu merah yang berarti permohonannya di tolak. Alasan yang saya dengar dari yang bersangkutan adalah karena tujuan/alasan beliau ke sana kurang tepat dan bukti penujnag seperti alamat di sana dan tiket keberangkatan tidak ada. Sementara kami lolos hanya dengan membawa dokumen-dokumen yang diperlukan saja, seperti paspor,KTP,kartu keluarga,akte kelahiran, dan tentunya membawa formulir permohonan visa kami yang sudah dilengkapi foto ukuran 5x5 cm,80% ,berlatar putih.
Menjelang tiga hari kedepan kami menunggu email dari usa embassy yang menyatakan kalau visa kami sudah bisa di ambil, dan waktu itu saya beserta teman memilih tempat pengambilan di kantor FedEx di jalan Gatot Subroto, Casablanca, Jakarta. Untuk pengiriman visa ini bisa diantarkan ke alamat kantor anda atau juga bisa ke beberapa alamat pengambilan yang sudah disediakan di sana. Atau bagi anda yang tidak bisa mengambil sendiri maka juga bisa diwakilkan dengan menuliskan surat kuasa yang di bubuhi materai Rp. 6.000 yang diberikan kepada perwakilan atau orang yang anda percayakan.

Setelah amplop coklat muda itu berada ditangan saya, tidak sabar lagi langsung saya buka dan Alhamdulillah paspor hijauku sudah dibubuhi dengan visa USA yang berlaku selama 3 bulan hingga 1 April 2012.
Sekarang tinggal tugas saya untuk memastikan semuanya apakah akan tetap bisa berangkat ke USA atau tidak, atau di undur tahun depan atau lain kesempatan. Pray for the best result…

Selasa, 17 Januari 2012

Oleh-oleh dari World University Debating Championship (WUDC) ke 32, Manila, Philippine

Assalamualaikum wr wb

Kali ini saya dan EDEC (tim debate universitas) hadir lagi dengan membawa sedikit oleh-oleh dari negeri yang sangat kaya dan terkenal sekali dengan “pearl” atau mutiara nya yaitu Manila, Philippine. Pada tanggal 26 Desember 2011- 4 Januari 2012 kemaren tiga orang tim debate EDEC sebut saja Nurul Huda (Pendidikan Bahasa Inggris 2009/ debater), Ronni Nanda Putra ( Pendidikan Biologi 2008/debater), dan Wilda Hidayati (Pendidikan Bahasa Inggris 2008/adjudicator/judge)mewakili UNP dalam ajang lomba debate tingkat dunia di Manila, Philippine. Kegiatan tahunan ini selalu mendapatkan antusias tersendiri dari seluruh debater, adjudicator dan juga penikmat debate dari seluruh dunia, terbukti dengan dihadirinya oleh lebih dari 50 negara di dunia dengan jumlah partisipan mencapaii ribuan.

Bagi UNP sendiri ini adalah pertama kalinya mengikuti WUDC. Banyak cerita haru dan mengesankan mulai dari keberangkatan hingga kembali ke tanah air. Mulai dari menjadi penumpang yang check-in terakhir kali di Bandara International Minangkabau yang otomatis juga menjadi 3 penumpang terakhir yang ditunggu-tunggu oleh pesaawat tujuan KL, karena kita kurang teliti memperhitungkan waktu menuju BIM dan juga proses imigrasi yang harus dilalui, sehingga membuat petugas check-in sedikit kesal karena kita juga harus bongkar bagasi masing-masing karena kelebihan berat dan menenteng beberapa benda tersebut hingga sampai di Manila.

Kami menghabiskan waktu lebih kurang 15 jam di bandara KLIA, Malaysia terlebih dahulu sebelum bertolak besok paginya ke Manila. Bermalam di bandara International ternyata memberikan pengalaman tersendiri, tidak saja bisa melihat dan bertemu ribuan orang-orang dari berbagai suku bangsa yang mondar mandir setiap detiknya, bertemu kembali dengan debater Malaysia yang juga akan bertolak ke Manila, hingga sempat menjadi tour guide bandara beberapa pelancong asal Indonesia seolah kita adalah orang sana sementara kita sebenarnya juga pelancong.

Tepat pukul 3 subuh check-in penerbangan ke Manila di buka, ternyata untuk kedua kalinya kami harus bongkar bagasi lagi karena kelebihan berat dan ternyata cuma dua orang diantara kita yang mempunyai bagasi sebanyak 45kg sehingga travel bag super besar salah satu diantara kita harus ditinggalkan di KLIA meski semua barangnya sudah dipindahkan kedalam tiga kantong plastic dan kedalam dua travel bag lainnya. Ini adalah langkah terbaik daripada kita harus kena denda Rp. 900.000 karena tidak bisa dibawa sebagai handcarry maupun untuk beli tambahan bagasi lagi. Perjalanan selama 3 jam 45 menit tersebut tidak begitu kami nikmati karena sudah cukup shock dengan kejadian sebelumnya. Dan sesampai di Manila pun lagi kami dihadapkan dengan ongkos taxi bandara yang membawa kami ke hotel tempat kami menginap di Manila seharaga 4300 peso atau sebanding dengan 1 juta rupiah dengan jarak tempuh 2 jam perjalanan atau kira-kira 80km, dan begitu juga sewaktu kepulangan kami. Sewaktu berada di manilapun kami juga harus membayar taxi dengan harga 600 peso atau kira-kira Rp.170.000 untuk 5 menit perjalanan yang harga aslinya hanya 80 peso.

Tapi semuanya itu terbayarkan sudah sewaktu menginjakkan kaki pertama kali dan disambut oleh para panitia WUDC ke-32 yang sangat ramah di Sofitel Luxury Hotel Manila, hotel bintang 5 dan paling mewah di Manila. Hotel bintang 5 dengan fasilitas super lengkap ditambah view laut dan dermaga yang subhanallah indahnya. Hari-hari selama berada di sana di lalui dengan kegitan yang lumayan padat dan sudah terskedul dengan sangat apik oleh panitia mulai dari jam 8 pagi hingga jam 7 malam selama 9 hari kedepan. Setiap harinya ada 3 round perlombaan debate yang harus dilalui. Tidak tanggung-tanggung bagi saya pribadi ini adalah kesempatan luar biasa bisa bertemu dan mengeju atau menjadi judge bersama world best speaker seperti Sam Block and Art Wart (Cambridge University), Victor Vinkle (Monash ), Ann (belanda), Neil (German) dan juga adju lainnya dari asia seperti Mashahiro (Jepang), Pam Chan (Philippine), Khattib El Islam (Iran), dan masih banyak lagi lainnya. Tim yang di adjupun bermacam ragam mulai dari tim oxford, Sydney,hingga tim Asia, Afrika, hingga latin seperti Afrika Selatan, Bangladesh, Jepang, India, Tel Aviv, Korea, Mexico, Kolombia, dll. Pengalaman luar biasa ini tentu tidak kalah menriknya juga dengan yang dialami oleh dua rekan saya Nurul dan Roni, hanya saja kita berada di ruangan yang berbeda selama kompetisi berlangsung di De La Salle University (universitas katolik tertua dan terbesar di Manila) tersebut. Rasa persaudaraan yang begitu erat sangat terasa ketika berkumpul dengan 63 debater Indonesia lainnya disana dan ditambah lagi dengan kehadiran Pak dubes RI dan beberapa staff nya yang hampir setiap hari memberikan kita semangat dengan berkunjung ke De La Salle tempat acara berlangsung.

berfoto bersama dengan bapak dubes Indonesia untuk Philippine dan debater indonesia

Sebagai seorang muslim disana tentu saja kami mengalami beberapa kesulitan serta banyak sekali menemukan hal-hal yang jarang bahkan hampir tidak kami temui di tanah air. Mulai dari sulitnya menemukan tempat sholat dan arah kiblat yang benar, sehingga kami para peserta diberikan satu ruangan untuk tempat sholat dikampus tersebut tapi didalamnya terpajang salib besar, mencari makanan yang halal di luar acara(Alhamdulillah selama acara kami disediakam menu halal), serta hampir setiap malamnya ada party mulai dari cocktail party hingga new year party dan woman forum yang semuanya tidak terlepas dari dancing, dan juga minuman. Tapi Alhamdulillah ini hanya optional jadi kami memiliki hak untuk tidak ikut disana.

Meskipun Philippine dihuni oleh mayoritas penduduk beragama katolik, tetapi kami juga menemukan komunitas muslim disana meski jumlah mereka sangat sedikit dan bahkan kami juga menemukan wanita Filipino yang dengan bangganya berjalan dengan burdah mereka di pusat perbelanjaan besar berkelas “Mall of Asia”.

Terlepas dari hal-hal baru tersebut WUDC ke 32 tahun ini sangat memberikan pelajaran yang berarti bagi kami dan sudah tidak sabar lagi rasanya ingin berbagi cerita, pengalaman serta ilmu yang didapat disana dengan teman-teman semua terutama teman-teman EDEC. Keramah tamahan dan rasa persaudaran yang terjalin selama berada disana dengan para partisipan lainnya sangat indah dan tidak bisa dilupakan, saling berbagi pengetahuan dan informasi, berpacu dengan waktu dan juga keyakinan, serta bekorban benda-benda berharga.

Sebagai kisah penutup, kami suguhkan sedikit cerita yang tidak kalah menariknya sewaktu kepulangan ke tanah air, mulai dari harus bongkar pasang bagasi lagi di bandara Clark Field Manila karena kelebihan bagasi, berurusan dengan pihak bandara dan imigrasi dan harus meninggalkan beberapa benda lainnya seperti payung dan sajadah hingga bertahan hidup selama tiga hari di Kuala Lumpur, Malaysia dengan uang Rp.300.000 ditangan untuk biaya penginapan, makan, dan transportasi disana.
Meski begitu banyak hal-hal yang diluar dugaan kami lalui, namun semua pasti ada hikmahnya dan memang janji Allah itu benar dengan indahnya bersilaturrahiim, tidak disangka-sangka Allah memberikan kami reski dari arah yang tidak diduga-duga dengan uang 120 ringgit atau setara Rp.360.000 yang diberikan oleh salah seorang sanak family dari salah seorang di antara kami yang sudah lama sekali tidak bertemu.

Dengan uang tersebut kami bisa membeli tambahan bagasi 20kg lagi dan tidak harus bongkar bagasi lagi sebelum kepulangan kami ketanah air pada tanggal 7 januari dan Alhamdulillah bisa pulang ke tanah air dengan selamat. Terima kasih ya Allah atas segala nikmat dan kesempatan yang berharga ini. Laa yukallifullahu nafsaan illa wusa’ha. ^_^

Afwan jika terlalu panjang dan terkesan mengeksploitasi pengalaman pribadi, tetapi sungguh tidak ada maksud lain. Ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Ambil sisi positifnya dan mudah-mudahan teman-teman bisa mendapatkan kesempatan yang luar biasa lainnya dan juga berbagi pengalamannya. Dan congratulation kepada tim debate dari Monash University yang menjadi pemenang pada WUDC tahun ini dan tim dari Indonesia (UI) harus puas hingga semifinal ESL. Ma’an najah untuk kita semua.