Dari maya menjadi nyata
PART I
“ dunia itu kecil hanya seluas telapak tangan”,
Sebuah pernyataan yang agak sedikit konyol namun sering disampaikan, “apakah iya dunia itu kecil hanya seluas telapak tangan?”, ataukah hanya hiperbola yang ditambahkan pada kalimat tersebut sehingga menjadi kata-kata yang sebenarnya biasa saja namun tidak jarang juga orang menganggapnya sebagai kata-kata yang luar biasa, sarat akan makna, dan sangat memotivasi. Tergantung kepada interpretasi kita masing-masing, pribadi masing-masing dan bagaimana kita menyikapinya.
Bercerita tentang “dunia yang kecil’, usut punya usut saya pribadi baru benar-benar memahami dan ikut menjadi followernya beberapa minggu yang lalu. Saya baru merasakan apa sebenarnya makna dari dunia yang kecil seluas telapak tangan itu. Memang terkadang sulit mempercayainya namun hal itu pasti ada dan sering terjadi disekitar kita.
Kisah bermula saat salah satu jejaring social saya sebut saja facebook, memberi sinyal bahwa seseorang sebut saja Istiqamah ingin menjadi friends anda. Sebelum dilanjutkanpun cerita ini, rasanya yang membaca pasti tahu endingnya. Mungkin ada yang menginterpretasikan lalu dikonfirm terus chatting dan menjadi teman, terus ketemuan dech, udah habis.
Dengan tegas saya jawab tidak, tidak semua yang anda interpretasikan itu benar, dan tidak semuanya juga salah. Saat itu, iya saya pribadi menkonfirmasi pertemanan tersebut dan langsung si pemilik akun yang mengadd mengajak chatting. Dari chattingan malam itu diketahui bahwa si pemilik akun adalah orang yang jauh nun di propinsi tetangga (terlalu lebai yach bahasanya..seharusnya nun jauh di Negara mana gitu,ngarep.com).
Begitu banyak hal yang kami bicarakan selama chattingan, termasuk pertanyaan yang biasanya sering saya tanyakan kepada friend saya jika saya benar-benar tidak mengenal mereka atau memang berasal dari kota atau Negara lain, yaitu “apa kamu kenal dengan saya, dan dari mana dapat akun saya?”, yach seperti orang kebanyakan juga lah, gini-gini saya ini kan manusia juga, hehehe gak nyambung yak, gak papa lanjut.
Satu hal yang tidak pernah saya bayangkan tentang jawaban yang akan diberikan oleh teman chattingan saya kali ini adalah beliau mengatakan kalau mendapat akun saya dari salah seorang teman saya yang profilnya di muat pada kolom motivator di website surat kabar kampus sebut saja Ganto. dengan wajah yang masih bingung dan menaruh rasa penasaran tingkat tinggi melototi laptop kesayangan sambil menunggu jawaban yang akan diberikan oleh istiqamah akan pertanyaan berikutnya,” kok bisa?”. Ya bisalah wong namanya juga dunia maya, apa saja bisa diakses dunk termasuk teroris yang bersembunyi dilobang semutpun bisa dilacak dengan dunia maya, hehe ngutip dari salah satu pernyataan salah seorang politisi Negara ini saat sedang live disalah satu acara televisi swasta bergengsi di Negara ini.
Lanjut kepada new friend saya, mmmm saya panggil narasumber aja kali yach. Kemudian Sang narasumber chattingan pun menjawab, dan jawaban yang diberikan pun diluar perkiraan saya, selidik punya selidik ternyata sang narasumber bukanlah orang biasa, melainkan adalah calon mahasiswa baru jauh-jauh dari Tanjung Pinang, Kepri yang akan melanjutkan pendidikan S1 nya di kampus dimana saya juga menyelesaikan Strata 1 saya pada jurusan yang merupakan salah satu motivasi sang calon mahasiswa baru untuk melanjutkan studinya di kampus dengan almamater kuning tersebut. Untuk hal yang satu ini saya harus mengancungkan jempol, salut kepada narasumber saya yang satu ini. Karena saking cintanya pada kampus yang dahulunya terkenal dengan sebutan IKIP Padang dan kemudian sejak tahun 1999 berganti nama menjadi Universitas Negeri Padang (UNP), ia rela browsing segala informasi tentang kampus ini mulai dari mengunjungi website universitas, jejaring social ormawanya, hingga jejaring social beberapa mahasiswa baik yang sudah pernah menorehkan prestasinya hingga keluar negeri sampai yang hanya menjadi mahasiswa biasa saja.
Bersambung…
sila di komen je...tulisan di atas butuh banyak peningkatan..ini suatu permulaan je..
BalasHapus