Kamis, 29 Januari 2015

KISAH SEDIH 2014 (BUKAN UNTUK DIKENANG)

Sewaktu saya memposting tulisan sebelumnya tentang “assalamualaikum 2015”, ternyata ada yang penasaran dengan kalimat saya “tahun duka”. Waaah kayak rasulullah aja sewaktu ditinggal oleh paman beliau abu thalib dan istri tercinta beliau khadijah, sehingga pada tahun itu disebut tahun kesedihan atau a’mul hazn.
Hmmmmm, baiklah meski sebenarnya saya tidak mau mengingat-ingat peristiwa-peristiwa tersebut. Saya sudah mengikhlaskan seikhlas-ikhlasnya, karena saya meyakini bahwa ada sesuatu yang telah direncanakan terbaik untuk saya, meski sangat sulit untuk mengimaninya.

HIJRAH KE JAKARTA

Cerita berawal dari awal januari 2014 saya berencana hijrah ke jakarta, dengan tekad untuk mencari suasana baru, kehidupan baru dan teman-teman baru. Sampai-sampai saya tidak ada mengatakan sepatah katapun kepada rekan-rekan saya di padang, bahkan anak-anak di kontrakan sekalipun. Sampai siang itupun saya masih latihan debat dengan adek-adek di kampus. Tepat jam 12 saat istirahat latihan nesha salah satu junior di debate club mengajak saya ke bandara, untuk jemput tantenya dari jakarta. Yaach saya memang mau berencana ke bandara, la iyaa saya iyakan saja, karena kakak saya juga berangkat siang itu ke jakarta sekaligus saya hihihi. Saya tidak bisa merasakan betapa jahatnya saya saat itu meninggalkan nesha sendirian di bandara, parahnya lagi saya Cuma bilang mo ke jakarta beberapa saat mau check in, and i still remember how nesha’s face was, yang bertanya-tanya sama keluarga saya yang melepas siang itu di bandara, “benarkah saya hijrah ke jakarta?” sementara saya hanya bilang untuk anterin kakak saya Cuma sampai bandara.

PULANG DEMI HARAPAN ORANG TUA

Ternyata saya tidak bertahan lama di jakarta karena, dua minggu kemudian ibu menyuruh pulang, karena ada sesuatu hal penting yang ingin ayah sampaikan kepada saya. Saat di waiting room soetta saya sempat menghubungi adik saya, apakah gerangan sehingga saya harus pulang. Ternyata ada seseorang yang datang ke rumah berniat ingin mengkhitbah saya lewat orang tuanya. Orang yang ingin mengkhitbah saya masih satu kampung dengan saya, yang kebetulan anak teman ayah. Dia beda usia sekitar 6 atau 7 tahun di atas saya, berdomisili di jakarta, yang kebetulan juga dulu kuliahnya di jurusan bahasa inggris, kampus tetangga.
Mungkin karena saya sangat polos dan belum ada kefikiran untuk menikah, jadi saya tolak mentah-mentah kepada ayah, dengan alasan mau lanjut s2 dulu. Meski sebenarnya ayah saya dan ayah si uda tersebut sangat ingin untuk berbesan.

GAGAL PPAN SAAT SEMUA SUDAH DI DEPAN MATA

Cerita berlanjut saat saya mulai persiapan IELTS dengan teman-teman sekitar akhir maret dan sudah mulai browsing-browsing kampus impian saya di benua biru, tapi saat itu juga saya memutuskan untuk mengikuti sekali lagi program pertukaran pemuda antar negara (PPAN) untuk ke kanada, karena saya masih penasaran dengan seleksi dua tahun sebelumnya ketika saya ingin ke kanada tapi kuota saat itu hanya untuk putera, dan saya memilih program SSEYAP (jepang-asia tenggara) dna harus puas hanya masuk 8 besar.

Alhamdulillah saya lolos 2 besar untuk ke kanada, dan semua kesibukan dimulai, mulai dari MCU yang menghabiskan uang lumayan, SKCK, proposal kegiatan pengabdian masyarakat, dll yang benar-benar menyita waktu dan fikiran. Tapi karena aku optimis aku bisa, dan rasanya aku sudah maksimal sewaktu karantina, yang Alhamdulillah beberapa alumni juga mengatakan kalau nilai saya alhamdulillah bagus untuk hampir semua bidang, dan sewaktu interview dengan dispora pun memang (bukannya saya sombong) kita kandidate 5 besar bisa memprediksi urutan masing-masing. Dan setelah menjadi kandidate 2 besarpun saya benar-benar all out. Setelah kira-kira satu bulan menunggu ternyata sampailah pengumuman tersebut. Dan saya diminta untuk menjemput paspor yang sudah ikut terbang ke jakarta dengan form visa kanada saya. Ternyata saya tidak lolos meski rasanya sudah all out dan hamdulillah hasilnya juga memuaskan. Sewaktu saya tanya alasannya karena dari cv saya pernah keluar negeri, yaah meskipun kandidate program yang lain juga sudah pernah keluar negeri. Tapi tidak apa-apa meski sulit mempercayainya, saya yakin ada janji Allah yang lain untuk saya.

GAGAL MENJADI DUTA BAHASA MESKI UKBI TERTINGGI PI DAN PROPOSAL  YANG BAGUS

Tidak sampai di sana, di minggu yang sama teman satu kamar saya Rusi menyuruh saya untuk mendaftar sebagai duta bahasa. Bahkan dia yang mengantarkan saya untuk mendaftar langsung ke balai bahasa sumbar yang jaraknya jauh dari tempat tinggal kami. Dia punya keyakinan penuh kalau saya bisa lolos sebagai duta bahasa. Entah untuk menghibur saya yang sedang sedih entah sesungguhnya. Tapi alhamdulillah saya lolos sampai babak final. Dengan nilai UKBI (uji kemahiran berbahasa indonesua) tertinggi PI 625 dan proposal ”ARI & ACI” yang sangat mengesankan. Ke optimisan untuk menjadi juarapun semakin membuncah ketika semua pemuncak hingga juara 2 telah disebutkan. Saat itu beberapa rekan disebelah saya sempat beberapa kali melirik saya dan bahkan ada yang memegang tangan saya karena yakin kalau saya yang menang. Waaah ternyata tidak.
Langsung keesokan harinya sehabis pengumuman tersebut saya pulang kampung untuk menenangkan diri, karena sangat kecewa sekali dengan dua peristiwa yang sangat tidak mengenakan dan menyedihkan bagi saya saat itu. Dua kekecewaan yang datang bersamaan saat semua usaha telah kita lakukan dengan maksimal, dan orang-orang tau dan kagum dengan apa yang kita tampilkan.

KASIH TAK SAMPAI

Begitu sampai di rumah, senin malam ibu bertanya tentang rencana saya kedepan, dan beliau mengatakan kalau kira-kira 15 hari yang lalu orang tua uda yang berniat mengkhitbah saya bertanya kembali, tentang keputusan saya (sepertinya keluarga beliau masih berniat). Saya berjanji pada ibu untuk memberikan jawabannya besok pagi, jadi setidaknya saya punya waktu semalam untuk benar-benar berfikir. Begitu bangun tidur selasa pagi, sayup-sayup saya mendengar microphonedari masjid menyampaikan sehabis subuh sebuah berita duka bahwa si uda yang berniat meminang saya menghembuskan nafas terakhirnya jam 3 malam itu di salah satu RS di jakarta. Rasanya tidak percaya, benar-benar tidak percaya. Ternayata beliau sakit tifus dan dirawat di RS. Alfatihah untuk almarhum. Positifnya Allah telah mempersiapkan bidadari yang lebih baik dan indah dibanding saya di syurga kelak untuk almarhum, mungkin ini juga jawaban atas keragu-raguan saya. Kalaupun tidak berjodoh di dunia mana tau Allah juga punya maksud lain hehehe.
Jadi saya melewati 3 peristiwa memilukan dalam 1 minggu.... ke kanada tidak jadi setelah semua persiapan matang, duta bahasapun hanya sampai finalis ketika UKBI tertinggi PI dan proposal terbeli idenya oleh juri bukan jaminan kalau kamu bisa menjadi jawara. Kemudian ditinggal mantan calon suami..hehehe..tidak hanya itu niat saya untuk mengurus persiapan s2 LN pun gatot karena kesibukan sana sini untuk mengurus keperluan lainnya.

FAREWELL UNTUK TEMAN-TEMAN

Dan semenjak september sampai oktober saya harus melihat dan memberikan farewell satu persatu untuk teman saya yang berangkat ke LN duluan demi pogram pertukaran maupun karena urusan studi mereka. Rasanya seperti de javu mengantarkan mereka satu persatu ke bandara. Dan saat itu pula lah saya bertekad bahwa satu hari nanti saya yang akan di farewell kan hehehe.

TIDAK JADI JAWARA NAMUN MERELAKAN IDE DIPAKAI ORANG LAIN

Dan masih ada kisah sedih lagi, suatu malam sekitar pukul 23.30 malam telfon seluler saya berbunyi, ada nomor baru masuk, dan ternyata dari salah satu finalis duta bahasa yang sedang bertarung di jakarta untuk memperebutkan gelar duta bahasa nasional. Antara separoh bangun dan tidur saya angkat telfon itu, dan memang suara yang di sebalik telfon itu sangat familiar bagi saya. Si penelfon meminta izin kepada saya untuk memakai ide proposal duta bahasa saya “ARI & ACI” untuk dipresentasekan di jakarta karena proposal dan ide mereka ditolak alias tidak masuk kategori. Saat itu rasanya saya tidak bisa bernafas, jantung saya berdegup kencang, saya mau berteriak tidak tapi apa daya saya juga kasiha kepada mereka karena sudah tidak ada waktu lagi. Dan akhirnya saya mengizinkan tetapi setelah telfon ditutup, sampai subuh saya tidak bisa tidur. Bukan sekali itu saja proposal saya di pakai, beberapa saat setelah itu ternyata pelatihan di sebuah sekolah yang kebetulan saya di tunjuk sebagai salah satu instruktur juga di latar belakangi oleh thesis saya. Projek pelatihan tersebut bernilai puluhan juta. Waahh itu ide sayaaaa. Tapi apa boleh buat saya ni apalaah..dan memang dosen yang bersangkutan adalah penguji thesis saya. Haru, sedih dan bangga...

BUKAN UNTUK DIKENANG


Sebenarnya masih ada satu kisah lagi di penghujung tahun, tapi yaaa sudahlah saya tidak mau mengingat lagi. Toh saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Dan 2015 is time to move on. Starting a new life with new dreams n hopes. ^_^

3 komentar:

  1. selalu ada hikmah ya kak, di balik kejadian2 yang terkadang kita anggap tidak sesuai keinginan.
    How are you kak?
    remember me? :))

    BalasHapus
  2. Kaaa Wil, I have no more words :( *apus air mata*
    U're strong Kak, hope this 2015 will pay it all off ;)
    *bighug*

    BalasHapus
  3. Kaaa Wil, I have no more words :( *apus air mata*
    U're strong Kak, hope this 2015 will pay it all off ;)
    *bighug*

    BalasHapus